√ Mariana Yunita Hendriyani Opat dan Perjuangannya untuk Kesehatan Seksual Remaja di NTT - It's Me Desi Murniati
Copyright © oleh Desi Murniati - All Rights Reserved. Powered by Blogger.

Thursday, October 31, 2024

Mariana Yunita Hendriyani Opat dan Perjuangannya untuk Kesehatan Seksual Remaja di NTT

“Saya menemukan fakta sebagian besar dari 500 remaja di NTT tidak memiliki akses terhadap sumber informasi pendidikan seksual dan komunitas untuk menceritakan persoalan pendidikan seksual. Angka ini selaras dengan beragam persoalan lainnya seperti kasus pelecehan seksual yang masih kerap terjadi atau kehamilan luar nikah di kalangan remaja NTT,” tutur Mariana Yunita Hendriyani Opat, penggerak edukasi hak kesehatan seksual remaja di NTT.


mariana yunita


Kesehatan reproduksi menjadi bagian penting bagi manusia. Edukasi mengenai reproduksi harus bisa dipahami ketika seorang anak memasuki masa remaja. Selain bertujuan untuk menjaga kesehatan reproduksi itu sendiri, edukasi kesehatan reproduksi juga bertujuan untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual yang mengancam remaja.


Hal inilah yang diperjuangkan oleh Mariana Yunita Hendriyani Opat. Yunita merupakan sosok inspirasi yang mendapatkan penghargaan Apresiasi Satu Indonesia Award pada tahun 2020. Mariana mendirikan Tenggara Youth Community, dimana komunitas ini meluncurkan program Bacarita Kespro, sebuah inisiatif inovatif yang memiliki tujuan untuk mengedukasi dan memberdayakan remaja di wilayah NTT tentang kesehatan seksual dan reproduksi.


Seperti apa sosok Mariana Yunita Hendriyani Opat ini? Simak selengkapnya di bawah ini:


Menjadi Korban Kekerasan Seksual Sejak Masa Anak-Anak


mariana yunita

Mariana atau yang biasa disapa Tata ini mengawali perjuangannya untuk edukasi hak kesehatan seksual remaja dari pengalamannya sendiri. Tata pernah menjadi korban kekerasan seksual sejak ia masih anak-anak hingga kuliah.


Karena pengalaman inilah, Tata terdorong untuk menyuarakan isu-isu mengenai Hak Kesehatan Sekual Reproduksi atau HKSR yang kemudian disosialisasikan kepada masyarakat, khususnya yang ada di Kota Kupang. Alasan lainnya, masih banyak kasus kekerasan seksuak dimana korbannya memilih bungkam karena malu dan tidak tahu harus bercerita kepada siapa. Ini termasuk kurangnya edukasi dari orang tua khususnya dalam hal pendidikan seks.


Meski pesan yang ingin disampaikan Tata sangat penting, namun Tata mendapatkan tantangan untuk menyuarakan hal ini. Masyarakat masih menganggap HKSR menjadi hal yang tabu untuk disuarakan sehingga ketika Tata ingin melakukan sosialisasi di geraja, ia sering mendapatkan penolakan.


Banyak orang tua yang masih menganggap pendidikan seks artinya mengajak anak untuk melakukan seks atau menonton pornografi. Pemikiran konservatif ini membuat orang-orang seperti Tata yang ingin menyuarakan tentang kesehatan reproduksi menjadi terhambat.


Namun Tata memilih tidak menyerah. Ia tetap melakukan pendekatan-pendekatan dan diskusi bersama orang tua dan juga gereja. Di sini Tata ingin orang tua juga berperan aktif memberikan edukasi mengenai kesehatan reproduksi remaja di lingkungan rumah. Jadi bukan hanya tentang memiliki pemahaman pentingnya pendidikan seks dan reproduksi bagi anak-anak.


Apalagi dari fakta yang ditemukan Tata di lapangan, ada sekitar 500 remaja di NTT tidak memiliki akses terhadap sumber informasi pendidikan seksual dan komunitas untuk menceritakan persoalan pendidikan seksual. Angka ini selaras dengan beragam persoalan lainnya seperti kasus pelecehan seksual yang masih kerap terjadi atau kehamilan luar nikah di kalangan remaja NTT.


“Waktu saya menduduki bangku sekolah dasar, saya mengalami kekerasan serupa, namun hal tersebut seakan lumrah. Hingga pada saat perguruan tinggi, saya merasa harus bergegas untuk mencarikan solusinya, yakni dengan edukasi kesehatan yang membuat  para anak remaja berani untuk bercerita kepada orang tua, dan orang tua dapat wawasan untuk menjelaskan,” ujarnya.


Indikator keberhasilan dari kegiatan yang dilakukan Mariana ini adalah ketika orang tua mulai terbuka tentang pentingnya kesehatan seksual. Mereka tidak hanya menyampaikannya kepada anaknya, tetapi juga kepada orang lain.


Atas perjuangan yang dilakukan Mariana Yunita Hendriyani Opat ini, ia berhasil mendapatkan pengahargaan Apresiasi Satu Indonesia Award untuk kategori kesehatan.


mariana

“Apresiasi SATU Indonesia Awards ini menjadi bahan pendukung gerakan kami untuk terus dapat merangkul anak remaja dalam kesehatan reproduksi, harapan kami, kami dapat merangkul komunitas disabilitas,” ujar Tata.

Get notifications from this blog