√ Alan Efendhi dan Aloe Vera untuk Gunung Kidul - It's Me Desi Murniati
Copyright © oleh Desi Murniati - All Rights Reserved. Powered by Blogger.

Friday, October 18, 2024

Alan Efendhi dan Aloe Vera untuk Gunung Kidul

 “Saya meyakinkan orang tua saat itu belum jadi apa-apa, tapi tiga sampai lima tahun ke depan bisa mengubah perekonomian keluarga kita,  juga masyarakat sekitar. Sejak awal saya memang ingin pemberdayaan di mana nanti ke depan punya sebuah perusahaan pengelolaan aloe vera dan nantinya bahan baku didapat dari masyakarat sekitar itu,” kata Alan Efendhi, yang dilansir dari Tempo.co.


Alan Efendhi


Pagi yang cerah sedang menyelimuti Gunung Kidul, Yogyakarta. Sebagai daerah yang ada di selatan Provinsi D.I Yogyakarta, Gunung Kidul terkenal sebagai daerah dengan tanah tadah hujan. Gunung Kidul memiliki tanah yang gersang dimana sumber airnya hanya bergantung pada air hujan.


Ini pastinya mempengaruhi pertanian yang ada di Gunung Kidul. Keberlangsungan para petani sangat bergantung pada musim hujan. Ketika musim kemarau datang, tanah di daerah tersebut menjadi kurang produktif dan tidak bisa digunakan untuk bertani.


Alan Efendhi, putra asli Gunung Kidul memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya setelah bertahun-tahun merantau di Ibukota Jakarta. Alan membawa misi ketika pulang ke kampung yakni ingin membuka usaha dan lebih dekat dengan orang tua. Sebagai lulusan otomotif, Alan tidak memiliki basic ilmu pertanian dan sebelum kembali ke kampung, ia memikirkan usaha yang bisa digelutinya.


“Usaha  di kampung tapi tidak punya basic ilmu pertanian, kira-kira usaha apa yang mudah untuk dibudidayakan dan hasilnya bagus. Tidak mengenal musim, bisa masuk ke beberapa  komoditas pabrik dan industri,” katanya, menceritakan awal pergulatannya.


Sebagai putra daerah, Alan sangat mengenal Gunung Kidul merupakan daerah yang sulit ditaklukan. Tanahnya gersang dan hanya mengandalkan air hujan. Pada akhirnya Alan memilih beberapa jenis tanaman untuk ditanam yakni anggur, pepaya california, buah naga, dan terakhir aloe vera atau lidah buaya.”


Memilih Budidaya Aloe Vera


Alan Efendhi


Setelah menemukan daftar tanaman yang paling cocok untuk dibudidayakan di Gunung Kidul, Alan mencari informasi lebih lanjut di internet pada tahun 2013.


“Dari keempat komoditas itu, ternyata yang  paling mudah itu aloevera. Dia cocok di suhu ekstrem seperti di Gunung Kidul ini, notabene panas dan gersang,” ujarnya.


Berdasarkan observasi yang dilakukan Alan, ditemukan fakta bahwa aloe vera memiliki perawatan yang mudah. “Seperti kaktus, digeletakin saja sudah hidup, dan sisi lainnya,  tanaman ini masuk 1 dari 10 tanaman terlaris di dunia karena bisa masuk industri farmasi, kosmetik, dan kuliner,” kata Alan.


Dari sini, Alan akhirnya memutuskan untuk membudidayakan aloe vera atau lidah buaya ini.. “Bukan hanya ‘bandel’, aloe vera ini bisa ditanam hampir di semua jenis tanah bahkan tanah esktrem. Ini kan tanaman gurun berpasir dan tanpa air pun dan ph rendah bisa hidup. Itu alasan saya pilih aloe vera ketika saya mulai menekuni,” kata lelaki yang pernah bekerja sebagai buruh di konveksi dan kontraktor itu.


Saat itu Alan sudah tahu bahwa tanaman lidah buaya ini hanya panen setahun sekali. Oleh karenanya, ketika memutuskan pulang untuk membuka usaha, Alan membawa serta 500 bibit aloe vera.


“Saya meyakinkan orang tua saat itu belum jadi apa-apa, tapi tiga sampai lima tahun ke depan bisa mengubah perekonomian keluarga kita,  juga masyarakat sekitar. Sejak awal saya memang ingin pemberdayaan di mana nanti ke depan punya sebuah perusahaan pengelolaan aloe vera dan nantinya bahan baku didapat dari masyakarat sekitar itu,” kata Alan yang dilansir dari Tempo.co.


Aloe Vera, Tanaman dengan Sejuta Manfaat


Alan Efendhi


Selain cocok untuk dibudidayakan di tanah gersang seperti di Gunung Kidul, tanaman aloe vera juga memiliki sejuta manfaat. Selain bisa digunakan untuk bahan kosmetik, aloe vera juga memiliki manfaat kesehatan yakni dapat dikonsumsi oleh penderita gagal ginjal, diabetes, dan obesitas.


Meski awalnya tidak mudah untuk mengajak masyarakat di desanya menanam aloe vera, namun Alan akhirnya mampu mengembangkan produk bernama Rasane Vera. Rasane Vera memproduksi Aloe Liquid, yakni minuman dengan bahan baku aloe vera atau lidah buaya dengan pemanis alami stevia.


“Jadi banyak yang retur, saya bertahan 3-4 tahun untuk proses ini sampai maksimal. Saya terus belajar dari kegagalan-kegagalan, terlebih saya belum ada mentor atau teman sejalan dengan apa yang saya lakukan, prosesnya lama, maklum otodidak hanya belajar dari riset-riset di internet,” Alan menceritakan perjuangannya mendirikan bisnis Rasane Vera.


Pada tahun 2018, kemasan Rasane Vera diperbarui dengan dukungan Pemda Gunung Kidul dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dari awalnya produk aloe vera hanya bertahan selama 3 hari, kini dapat bertahan hingga 6 bulan.


Selain memberdayakan masyarakat dengan produk aloe vera, Alan Efendhi juga mengembangkan daerahnya dengan mendirikan Aloe Land, Kampung Edukasi Aloe Vera.“Masyarakat sekitar, khususnya anak-anak muda di sini saya libatkan jika ada rombongan yang datang ke Aloe Land ini,” kata Alan.


Atas apresiasinya ini, Alan Efendhi menerima beberapa penghargaan, salah satunya adalah dari Astra Satu Indonesia Award 2023 untuk kategori wirausaha.


Alan Efendhi


Get notifications from this blog