Kledo Goes to Bali: Emang Boleh Sepiknik Itu?
Beberapa waktu yang lalu, sepulang dari traveling keliling Jawa, aku bilang ke diri sendiri, "Oke, cukup ya jalan-jalannya untuk tahun." Aku memutuskan hal tersebut bukan tanpa alasan dan alasannya tidak lain dan tidak bukan karena I don't have money to travel again!
Orderan artikel yang beberapa waktu sebelumnya cukup ramai, kini tak tersisa satu pun. Begitu juga dengan job yang bisa menambah budget travelingku. Padahal sebelumnya aku sudah berencana ingin pergi ke luar negeri. Realistis aja nggak, ya kan? Traveling dari gaji utama rasanya terlalu nekat, mengingat di umur yang hampir 30 tahun ini, aku memiliki target tabungan.
Lalu, tiba-tiba di grup Slack Kledo, ada pengumuman #piknikkledo yang awalnya masih boleh milih destinasi wisatanya. Aku yang nggak punya uang, sudah memutusakan tidak mengikutinya-- mengingat aku harus berangkat dari Lampung. Jika harus ongkos sendiri dari Lampung ke Jogja (kantor Kledo berada), aku bisa menghabiskan minimal banget 1 juta.
Ketika aku menolak tawaran #piknikkledo ini (destinasi sudah ditentukan yakni di Bali), panitia piknik mengatakan kalau ada reimburse ongkos dari Lampung ke Jogja. Kalau memang gratis, tidak mungkin aku menolak, hahaha.
Jadi, di postingan kali ini aku mau menceritakan pengalaman #piknikkledo. Harusnya tulisan ini dipost di blog www.desimurniati.com tapi berhubungan ini ada hubungannya dengan pekerjaan dan aku sudah beberapa kali post kerjaan di Kledo di blog ini, aku memutuskan untuk menuliskannya di sini.
So, let's start an amazing story!
Rencana ke Bali yang Hanya Rencana
Sudah sejak tahun lalu aku merencanakan jalan-jalan ke Bali. Mulai dari ngajakin temen sampai berencana mengikuti open tour tapi nggak ada satu pun yang terealisasi. Kalau harus jalan-jalan sendirian alias solo traveling, aku belum berani dan kayak nggak punya alasan yang bener-bener mendesak sampai harus traveling ke Bali.
Rasanya misalnya nggak jadi travel ke Bali juga nggak apa-apa.
Perjalanan dari Lampung ke Jogja
Aku menjadi karyawa Kledo yang mengikuti piknik dengan jarak paling jauh. Ketika kebanyakan karyawan Kledo berangkat dari Jogja dan Jawa Timur, aku datang dari Lampung. Perjalanan dari Lampung ke Jogja tidak ada yang spesial. Sama seperti perjalanan-perjalananku lainnya: naik bis selama 20 jam, menyeberangi Selat Sunda, dan tidur di bis.
Mungkin agak bedanya adalah aku yang berangkat di non-musim liburan membuat bis tidak banyak mahasiswa yang akan merantau ke Jogja. Perjalanan Lampung-Jogja dari membosankan hingga ya bisa dinikmati dikit-dikit. Seandainya harga tiket pesawat tidak begitu mahal, mungkin aku rela membayar lebih daripada harus menghabiskan puluhan jam di bis.
Menginap Selama 4 Malam di Jogja
Berkaca pada pengalaman sebelumnya, aku selalu tepar setelah perjalanan panjang Lampung-Jogja, jadi kali ini aku mengambil hari Sabtu untuk berangkat ke Jogja. Jadi, aku akan sampai di hari Minggu dan bisa istirahat sebelum kerja lagi di hari Senin.
Benar, hari Minggu aku menghabiskannya untuk istirahat di kosan Febri, adik tingkatku di Pendidikan Sejarah Unila yang lagi S2 di UNY. Kebetulan saat itu lagi musim kemarau yang menggila. Di kosan Febri sangat panas padahal kosannya lumayan rindang. Febri sampai nggak bisa tidur dan aku harus mengungsi ke kafe buat kerja di hari Senin.
Di kesempatan ke Jogja ini aku bertemu dengan Mbak Ani, kenalanku saat masa awal-awal kuliah dulu. Pertemuan dengan Mbak Ani membuatku teringat masa-masa itu dimana aku sangat menggebu menyukai seseorang, wkwk. Lalu di malam Rabu aku menginap di hotel. Di sini aku bertemu dengan karyawan Kledo yakni Devin dan Aji.
Kami berangkat bareng menuju tempat bertemu tim Kledo yang akan berangkat ke Bali. Buatku yang udah berkali-kali ke Jogja, nothing special in this city. Setelah kejadian menyebalkan beberapa bulan sebelumnya, kali ini Jogja tidak begitu buruk.
Perjalanan Jogja-Bali
Hari yang ditunggu tiba. Ya, sebagai orang yang belum pernah ke Bali tentu aku excited. Apalagi aku udah lama banget nggak jalan-jalan bareng-bareng dan gratis. Jujur, sebelumnya aku udah overthinking gimana kalau aku nggak nyaman jalan-jalan dengan rekan kerja?
Tapi ternyata nggak ada masalah. Aku duduk dengan Zulva karyawan bagian CS yang baru bertemu saat itu. Perjalanan ke Bali lebih melelahkan dibandingkan Lampung-Jogja. Mungkin karena kursi di bus yang nggak log leg jadi membuat kaki kayak bengkak gitu.
Kapal dari Pelabuhan Ketapang ke Pelabuhan Gilimanuk juga nggak sebagus dari Merak ek Bakauheni. Aku sempat kaget karena keadaannya melebihi kapal ekonomi yang ada di Selat Sunda. Mungkin alasannya karena jarak Selat Bali ini nggak sejauh Selat Sunda.
Setelah sehari semalam perjalanan, kami sampai di Bali di pagi hari. Kami sarapan di restoran yang ada di pinggir pantai. Sebagai anak daratan dan mewah (mepet sawah), aku suka banget melihat laut dan ombak dari kejauhan. Setelah sarapan, perjalanan berlanjut ke Tanah Lot. Jujur sih nggak sebagus yang ada di foto-foto Instagram atau di Google.
Destinasi Wisata di Bali
Kami sampai di Bali pada tanggal 19 Oktober 2023. Destinasi wisata pertama kami setelah sarapan di rest area adalah Tanah Lot. Saat pertama kali menginjakan kaki di Tanah Lot, jujur, aku merasa agak kecewa.
Tanah Lot keliatan berbeda dari yang ada di foto. Ya, gimana nggak beda, lha wong rame banget wisatawan. Jangan berharap bisa ambil foto estetik di pura Tanah Lot yang terkenal itu. Terlalu ramai. Kemudian aku memutuskan untuk ke atas. Dari atas sini, aku baru bisa menikmati pemandangan pantai yang so good.
Meski aku tidak mendapatkan foto estetik untuk diriku, tetapi aku cukup puas karena bisa mengabadikan pemandangan indah ini jadi video dan beberapa foto. Ada beberapa destinasi wisata lainnya yang kami kunjungi selama di Bali selain Tanah Lot, yakni Pantai Pandawa, Pantai Jimbaran, Desa Wisata Penglipuran, Puncak Kintamani, Pusat Oleh-Oleh, dan Pura Ulun Danu Beratan Bedugul.
Setiap tempat memiliki keindahan masing-masing, tapi di antara semuanya, aku paling suka Pantai Jimbaran. Apa lagi jika bukan karena I love the sunset. Saat melihat sunset di Pantai Jimbaran aku mensyukuri perjalanan kali ini dilakukan di musim kemarau yang agak menggila.
Karena musim kemarau, kami bisa menikmati sunset yang kayaknya jarang pantai bisa menghadirkan sunset yang benar-benar sunset.
Untuk makanan, aku paling suka di Desa Wisata Penglipuran. Gara-gara enaknya sambal matah di desa ini, di rumah aku sampai bikin sendiri dan... mules.
Membeli Oleh-Oleh yang Tidak Sesederhana Itu
Aku adalah tipe orang yang malas beli oleh-oleh saat jalan-jalan. Ya, buat apa? Menurutku pada akhirnya barang yang dibeli saat jalan-jalan itu nggak berguna di rumah. Kukira ini hanya berlaku saat aku jalan-jalan sendiri dan bayar sendiri, ternyata ketika dibayarin juga aku tidak suka beli oleh-oleh.
Beli sewajarnya saja dan tidak terlalu menghambur-hamburkan uang. Pada akhirnya seperti yang aku bilang, barang yang dibeli saat jalan-jalan di rumah itu tidak terlalu berguna.
Solo-Semarang; Padahal Capek Banget
Bukan Desi kalau tidak totalitas saat jalan-jalan. Dibandingkan langsung pulang dari Jogja, aku lebih memilih ke Solo dan Semarang sebelum pulang. Aku menyempatkan diri ketemu Geng MTB (meski cuma 4 orang) sebelum pulang.
Padahal rasanya aku udah capek banget. Aku juga heran sama diri sendiri kenapa nekat jalan-jalan dulu sebelum pulang padahal udah capek banget. Aku mencoba kereta Banyubiru dari Solo Balapan ke Semarang Tawang. Aku juga memutuskan pulang dari Solo.
Ini menjadi salah satu resolusiku yang tercapai tahun ini, yakni staycation di Solo. Pada akhirnya aku harus kembali pulang dan menjalani rutinitas seperti biasanya di rumah: kerja dan nggak punya temen.
Get notifications from this blog