Tidak Ada Cowok Keren Saat Kamu Dewasa
Saat aku berumur belasan tahun, aku bisa dengan mudah mendefinisikan cowok keren versiku. Saat berumur awal 20-an aku juga bisa dengan mudah tertarik bahkan fallin love sama cowok yang aku anggap keren dan menarik.
Namun semakin ke sini dan dengan bertambahnya usia, aku kesulitan mendefinisikan cowok keren dan most wanted. Bahkan ketika aku nonton drama Korea, tokoh-tokoh yang ada di sana kulihat tidak hanya dari sisi kelebihannya tapi juga kekurangan. Kalo tokohnya terlalu sempurna, aku nggak jadi nonton, wkwkwk.
Keren atau tidaknya cowok di umur segini dipengaruhi oleh cara aku menilai cowok itu. Aku masih bisa membedakan cowok yang ganteng dan enggak tapi ganteng belum tentu menarik. Jadi ketika ada temenku yang bilang, "Kamu sih kriterianya ketinggian, nyarinya yang kayak oppa-oppa Korea." Wait, sok tahu banget!
Ada beberapa kriteria yang sebenarnya dipake cewek-cewek dengan umur lebih dari 25 tahun ketika menilai cowok. Maksud menilai ini adalah dalam hal menjalin hubungan baik itu teman atau pasangan. Meskipun cuma teman, tapi aku tipe yang percaya teman yang baik dan satu frekuensi akan memberikan energi yang baik dan menambah ilmu untuk diriku. Kalau memang nggak sefrekuensi ya sekadarnya aja. Dipaksakan juga nggak akan bisa.
1. Kurang Kerja Keras
Jika ditanya hal apa yang akan dinilai pertama kali oleh cewek (yang sefrekuensi dengan aku), jawabannya adalah seberapa kerja keras cowok itu. Nggak harus kerja keras lembur berhari-hari, bukan itu yang dimaksud kerja keras di sini.
Kerja keras yang dimaksud adalah cowok itu bisa baca peluang yang ada untuk mengembangkan diri dan mengembangkan aset yang dimilikinya. Misalnya adalah dia sudah kerja namun karena tahu kerja bisa di-PHK kapan saja, dia inisiatif membuka usaha sampingan.
Alasan aku membutuhkan cowok seperti ini adalah saat menghadapi keadaan sulit, orang yang kerja keras dan bisa membaca peluang akan mudah untuk survive dibandingkan dengan cowok yang betah di zona nyaman.
Sayangnya, sekarang ini lumayan sulit menemukan cowok-cowok yang kerja keras dan punya inisiatif (dan mau sama aku, wkwk). Nggak, maksudnya bukan gitu, sih. Di lingkungan pertemananku, aku justru menemukan cowok-cowok sebailiknya: betah ada di zona nyaman, nggak bisa baca peluang, dan tidak berani ambil risiko.
Ada banyak cowok yang memperjuangkan pujaan hatinya tapi dia nggak berani keluar dari zona nyaman. Iya, emang berat buat keluar dari zona nyaman. Tapi dengan cowok yang bahkan buat masa depannya sendiri aja dia setengah-setengah, apa sih yang bisa diharapkan?
Iya, nggak akan nyambung sama aku yang nggak betah ada di zona nyaman. Aku yang pernah mengalami kesulitan di masa lalu, saat ini sedang berusaha agar ketika keadaan sulit menghampiri aku bisa bertahan tanpa harus merasakan perasaan putus asa.
2. Tidak Mau Belajar
Aku pernah dibilang oleh temanku, "kamu tuh jangan terlalu pinter dan berpengetahuan luas, nanti cowok takut." Aku tidak menyalahkan temanku karena kenyataannya ada cowok yang takut dengan cewek pinter dan berpengetahuan luas.
Ada beberapa cowok yang takut dengan cewek pinter karena kemampuannya di bawah kemampuan cewek itu jadi nggak mungkin untuk dipaksa. Namun ada juga cowok yang memang enggan untuk berkembang dan belajar. Ya, maunya dia sebatas itu aja.
Nggak hanya cowok sebenarnya, cewek juga banyak yang seperti ini. Aku sering banget mendapatkan pesan yang bilang, "aku pengen kayak kamu." Tapi ketika diminta belajar dia enggan. Dunia semakin hari semakin berkembang dan jika kita aja males buat belajar, apa nggak ketinggalan?
3. FOMO
FOMO atau Fear of Missing Out alias takut ketinggalan saat ini marak terjadi di kalangan anak muda. Contohnya adalah mereka yang ikut-ikutan investasi tanpa memahami bagaimana investasi itu dan apa risikonya. Ini adalah kebalikan dari poin dua, namun nggak jauh beda.
Jika nomor dua malas belajar dan mau gitu-gitu aja, FOMO ini dia lebih ke ikut tren tanpa memahami apa sebenarnya apa yang ia ikuti itu. Temannya investasi, dia ikutan juga. Pokoknya jangan sampai ketinggalan.
Hidup dengan orang seperti ini pasti susah, karena mereka hidup tanpa pertimbangan yang matang. Inginnya ikutan tren tapi tanpa mempelajari sebenarnya tren apa sih itu. Risiko memilih pasangan yang FOMO cukup besar, terlebih jika orang itu FOMO dan ngeyelan. Udah, bhaayyy.
Kenapa Tidak Ada Cowok Keren Saat Dewasa?
Aku kadang berpikir dan beberapa kali mengobrolkan ini dengan teman. Ketika kita dewasa bisa nggak sih jatuh cinta dengan seseorang? Aku sendiri udah lama banget nggak suka sama cowok. Mungkin terakhir aku suka sama cowok itu di tahun 2017. Itu pun nggak suka-suka banget dan udah nggak suka lagi sejak tahun 2018.
Hidup tanpa menyukai seseorang ternyata nyaman banget. Ada banyak hal yang bisa aku fokuskan tanpa mikirin hal terkait perasaan. Nggak pernah galau cuma karena nunggu chat dari dia dan nggak sampai khawatir atau cemas karena dia jauh.
Jujur, bagiku suka sama seseorang itu menakutkan. Perasaan semacam itu seperti kumpulan rasa penasaran yang jika dituruti malah akan semakin kurang dan kurang. Belum lagi jika gagal atau disakiti karena perasaan itu, yang jadi pertaruhan adalah rasa percaya diri.
Rata-rata orang yang patah hati pasti akan kehilangan rasa percaya dirinya. Apalagi jika patah hatinya karena ditolak atau ada cewek lain. Dan urusan mengembalikan rasa percaya diri ini membutuhkan waktu yang sangat lama. Aku sudah lupa rasanya bagaimaa suka sama orang lain tapi ingatan kehilangan rasa percaya diri setelah patah hati sampai saat ini masih terasa sesak dan menyiksa.
Belum lagi mulut-mulut bulsyit cowok yang bilang, "perempuan itu harus bisa masak dan harus rapi," dan hal-hal patriarki lainnya bikin aku eneg sama makhluk bernama laki-laki. Banyak juga cowok yang bangga banget disukai cewek dan membanggakannya di depan teman-teman cowoknya. Ya Allah, eneg sekali.
Lebih dari itu, alasan tidak ada cowok keren saat kita tumbuh dewasa adalah karena kita terhalang realistis ketika dewasa. Sudut pandang orang dewasa tentunya berbeda dengan anak muda. Orang dewasa memandang cowok tidak hanya dari mata memandang tapi juga potensi dia di masa depan. Nggak semua ketampanan bisa dijadikan cuan.
Dan hidup butuh cuan. Bukan cuma buat kebahagiaan tapi juga buat bertahan hidup. Kembali lagi, nggak ada manusia sempurna. Tapi untuk masa depan kita berhak memilih yang terbaik untuk kita.
Jadi, kalau ada yang bilang, "makanya jangan milih-milih." Buat baju lebaran yang dipake saat lebaran aja kita milih, apalagi pasangan yang akan mendampingi dunia dan akhirat.
Get notifications from this blog