Menikah Tidak Pernah Jadi Impianku, Lalu Apa?
Ngomongin soal menikah, banyak anak perempuan yang punya impian bisa melakukannya saat dewasa. Di beberapa film yang kutonton, tidak jarang mereka scene impian ala Cinderella yang menikahi pangeran tampan dan kaya raya. Makanya tidak heran jika banyak orang yang menganggap nikah adalah sebuah goal.
Nggak salah jika ada yang menganggap menikah adalah goal. Tapi buatku pribadi, menikah itu bukan suatu impian. Bahkan sejak aku masih kecil, aku tidak pernah begitu memimpikan suatu saat akan menikah dengan laki-laki yang akan mengubah hidupku. Aku bahkan lupa pernah punya impian menikah atau tidak, wkwk.
Jadi, ketika banyak orang yang julid dengan bilang 'aku kudu menikah' what the hell: menikah bagiku bukan suatu goal. Aku sukses jika segera kulaksanakan, aku gagal jika aku telat melakukannya. Ada beberapa alasan kenapa buatku menikah itu bukan impian dan juga goal, yakni:
1. Hampir Semua Orang Menikah, Lalu Apa Hebatnya?
Alasan pertama bagiku menikah bukan suatu impian adalah karena hampir semua orang menikah, lalu apa sih hebatnya ketika aku (juga) menikah? Konsep ini kudapatkan ketika ada beberapa orang yang kukenal pamer kemesraan atau kehebatan suaminya di media sosial, lalu orang-orang yang sudah menikah (juga kukenal) bilang, "Kayak dia doang yang punya suami. Norak."
Ketika hampir semua orang menikah atau pernah menikah, kenapa sih banyak orang yang meromantisasi pernikah? Bahkan ada lho beberapa pasangan yang show up banget kebahagiaannya karena telah menikah. Rasanya kayak di dunia ini yang menikah cuma mereka dan lainnya nggak pernah merasakan kebahagiaan serupa.
Nggak apa-apa sih. Sah-sah aja kalau ada yang bersikap kayak gitu. Tapi tetep nggak etis kalau mereka yang sudah berpasangan kemudian mengganggu kami (atau aku) yang tetap bahagia meski masih sendiri. Hey, definis bahagia nggak sedangkal itu ya (kudu nikah)!
2. Melibatkan Impian di Tangan Orang Lain, Yakin?
Aku tipe orang yang nggak berani melibatkan orang lain dalam impianku. Dalam buku Filosofi Teras yang pernah kubaca, ada beberapa hal yang nggak bisa kita harapkan, salah satunya adalah yang melibatkan orang lain. Sejak dulu aku juga sudah bertekad untuk tidak menggantungkan kebahagiaanku kepada orang lain.
You know, kita nggak akan pernah bisa mengendalikan orang lain. Setiap manusia punya pikiran, perasaan, dan pastinya keinginan yang beda-beda. Menggantungkan impian atau kebahagiaan ke orang lain justru akan membebani orang tersebut.
Menikah adalah hal yang pasti harus melibatkan orang lain. Aku nggak akan bisa menikah seorang diri. Juga, manusia itu kan bisa berubah setiap saat. Jadi, aku nggak mau terlalu berharap kepada orang lain. Just my self.
3. Ini Bukan Drama Korea, Apalagi Dongeng Cinderella
Kamu masih berharap ada adegan happy ever forever dalam hidupmu? Lho, serius? Emang ada yang namanya bahagia selamanya? Dibandingkan bahagia selamanya, aku justru menemukan realita 'bahagia terus menerus akan membuat manusia merasa hampa dan gelisah'.
Itu yang kualami. Nggak ada yang namanya bahagia selamanya atau happy ever forever. Apalagi bahagia kayak di dongeng Cinderella: menikah is end. Juga, di drama Korea dimana kadang gampang banget gadis miskin nikah sama cowok kaya raya chaebol. Sedangkan di dunia nyata mana ada cowok kaya konglomerat yang mau sama gadis biasa aja? Sekalipun ada pasti akan ada adegan diremehkan dan disepelekan.
Serius kamu mau gitu?
4. Kunci Bahagia Itu...
Orang-orang yang sudah menikah dan nyuruh-nyuruh orang yang belum nikah buat cepet-cepet nikah pasti nggak tahu apa makna bahagia yang sesungguhnya. Bagi mereka bahagia itu ya nikah. Bahkan banyak lho yang bilang, "kamu kerja terus, nggak akan ada ujungnya. Nikah, gih!" Padahal aku nggak yakin dia bahagia dengan hidup dia. Lha wong, kadang masih suka misuh dan sambat.
Aku juga sering misuh-misuh, dia juga gitu. Lalu apa bedanya kami ini? Mereka yang menganggap kami yang belum menikah ini nggak bahagia, wajib banyak baca dan belajar. Bahagia itu nggak sekolot dan sesempit itu. Ada banyak cara berbahagia selain menikah dan beranak-pinak. Justru kalau mereka yang menganggap menikah adalah kebahagiaan hakiki, berarti sebelum menikah mereka nggak bahagia dong?
5. Hidup Tidak Harus Berubah Karena Menikah
Alasan terakhir kenapa aku tidak menjadikan menikah sebagai impian adalah karena aku nggak mau hidupku berubah (secara drastis) karena menikah. Aku mau aku tetap jadi diri sendiri dan melanjutkan hidupku seperti biasa, bahkan setelah menikah. Ketika banyak orang menganggap menikah adalah jalan untuk mengubah hidup, aku sebaliknya: aku ingin melanjutkan hidup dengan menikah.
Makanya, sebelum menikah aku harus bahagia. Aku harus bisa meraih impian-impianku. Jadi, ketika sudah menikah aku tinggal melanjutkan hidupku yang sudah bahagia.
Get notifications from this blog