Childfree: Pengertian dan Cara Terbaik Menyikapinya Jika Tidak Setuju
Akhir-akhir ini childfree menjadi bahasan yang ramai di media sosial setelah influencer Gita Savitri mengungkapkan keputusannya dan suami untuk childfree. Saya sendiri cukup kaget dengan ramainya pembahasan ini karena saya tahu Gitasav childfree udah dari dua atau tiga tahun yang lalu. Bahkan obrolannya dengan Psikolog Analisa Wityaningrum yang membahas childfree ini udah berlalu berbulan-bulan yang lalu.
Ngomongin soal childfree, apa sih sebenarnya childfree ini sampai-sampai banyak orang ikut membahas dan berkomentar?
Pengertian Childfree
Menurut Wikipedia, childfree merupakan keputusan atau pilihan hidup untuk tidak memiliki anak, baik itu anak kandung, anak tiri, ataupun anak angkat. Keputusan tidak memiliki anak ini mulai muncul di akhir abad ke-20.
Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang memiliki untuk childfree dan yang selama ini aku baca dan dengar adalah karena populasi manusia sudah terlalu banyak, karena banyak anak terlantar dan mereka ingin mengadopsi dibandingkan melahirkan sendiri, sampai ada juga yang mengatakan karena memiliki anak itu berat.
Apapun alasan itu, sejatinya nggak ada yang salah, selagi alasan itu untuk diri dia atau mereka sendiri. Ini berbeda ketika kamu punya suatu alasan dan kamu memaksakan orang lain setuju dan mengikuti apa yang kamu lakukan.
Pandanganku Tentang Childfree
Saat menulis heading ini sejatinya aku bertanya, "Siapa aku sampe perlu ditulis pandanganku tentang childfree?" Tapi berhubung ini blogku dan aku gatel banget buat beropini terkait childfree ini, nggak apa-apa deh ya.
Jadi, aku pertama kali tahu childfree dari Gita Savitri sekitar tiga atau empat tahun yang lalu. Menurutku Gita Savitri keren banget, bukan karena dia berani memutuskan childfree tapi karena dia berani mengungkapkan ke publik kalau dia childfree.
Bayangin dong, perempuan yang baru menikah dan nggak hamil-hamil aja udah dinyinyirin sana-sini padahal nikah baru dua bulan, gimana mereka yang mutusin buat childfree? Pasti lebih dinyinyirin. Dibilang menyalahi kodrat, nggak bersyukur, bahkan sampai membawa-bawa orang tua.
Serius aja deh, aku pribadi dibandingin takut kesepian ketika belum menikah, aku lebih takut dinyinyirin orang. Apalagi kalau nyinyirin nggak sekedar tanya tapi udah berkomentar, wuihhh, jahat banget kan mulut mereka ini.
Aku pribadi sempat mempertimbangkan atau lebih tepatnya memikirkan childfree ini. Ya, sama kayak aku yang mempertimbangkan untuk misalnya tidak menikah. Dan setelah menghabiskan banyak waktu untuk overthinking, aku tetap ingin menjalani hidup dengan normal. You know normal dalam kamus manusia khususnya di Indonesia adalah menikah dan punya anak.
Meskipun hubungan anak-orang tua itu cukup rumit, tapi aku percaya sih punya anak nggak buruk-buruk banget jika kita bisa menjadi orang tua yang bertanggung jawab. Nggak sekadar membuat anak terlahir tapi juga gimana sebagai orang tua juga bisa memberikan kebahagiaan buat anak. Kebahagiaan menurut mereka sendiri ya, bukan diukur dari standar orang tua.
Menjadi orang tua yang bertanggung jawab pastinya nggak mudah. Diperlukan belajar, mendengarkan pengalaman orang lain, dan pastinya upaya itu sendiri. Dibandingkan memutuskan untuk childfree, aku lebih mempertimbangkan untuk membatasi jumlah anak, misalnya hanya memiliki satu atau dua anak.
Tapi ya nggak usah kejauhan ngomongin anak atau childfree, buat menemukan jodoh aja nggak tahu gimana nanti ceritanya, hahaha.
Tidak Setuju dengan Childfree? Ini Cara Menyikapinya
Emang susah rasanya buat setuju dengan konsep childfree ini, apalagi buat mereka yang menganggap punya anak adalah ibadah dan akan jadi penyelamat di akhirat. Tapi selagi mereka yang mutusih childfree ini nggak mengganggu hidup kita semua, menurutku nggak ada alasan buat kita untuk nyinyir dan ngomentarin pilihan hidup mereka.
Apalagi sampai bawa-bawa orang tua mereka, misalnya kayak orang tua nyesel punya anak kayak mereka atau dia jadi anak durhaka karena nggak mau jadi orang tua kayak orang tua mereka. Biarkan mereka yang childfree atau memutuskan untuk tidak menikah dengan pilihan mereka.
Jangan judge atau hakimi mereka nggak bahagia hanya karena mereka ambil pilihan yang berbeda dengan kebanyakan hidup orang banyak. Ya, kamu menikah kamu bahagia biasa hahahihi sayang-sayangan dengan pasangan, bukan berarti orang lain nggak bahagia kalau nggak kayak kamu. Bukan berarti juga mereka harus ikuti langkah kamu biar mereka merasakan kebahagiaan yang sama.
Yang aku lihat kayak Mbak Gita nggak pernah memaksakan opininya terkait childfree diterima dan diikuti banyak orang. Mungkin keputusan dia buat go public dengan pilihan childfree itu emang agak berani, tapi dengan begitu masyarakat Indonesia - khususnya aku - jadi tahu bahwa di dunia ini ada orang-orang yang tidak ingin punya anak dan aku jadi belajar gimana menghargai keputusan yang memang agak beda ini.
Saat ngobrol dengan salah satu teman penulis, beliau berkata kalau open mind itu bukan berarti kita mengikuti pemikiran bebas dan kebarat-baratan, tapi gimana kita bisa menerima opini atau pilihan orang lain tanpa menghakimi. Itu juga berlaku untuk opini sendiri, jangan minta orang lain untuk mengikuti atau membenarkan opinimu tersebut.
Makanya aku selalu mengedepannya 'menurutku, kataku, opiniku' setiap mengungkapkan sesuatu yang didasari oleh pemikiranku. Biar apa? Ya biar orang memahami kalau itu mutlak menurutku, bisa salah dan juga bisa benar. Karena kataku dan nggak bersumber dari penelitian yang terbukti kebenarannya, aku nggak bisa memaksakan orang lain setuju dengan opiniku.
Buat jawab khas obrolan diskusi juga baiknya dimulai dengan, "Kalau menurutku sih..." bukan dengan bilang, "Salah itu... Nggak bener..." Karena menyalahkan opini orang lain itu bukan sikap yang baik-- terlebih ketika beropini dilakukan dalam rangka membangun diskusi.
Get notifications from this blog
Baru baru ini aku marathon beberapa video dia. Dan keren banget setiap opini dia. Dari dia aku yg ngerasa open mind ini ternyata ga seopen mind dia. Dan aku jadi belajar lagi makna open mind itu sendiri.
ReplyDeleteDan mengenai childfree, aku respect banget sama mereka yg memutuskan untuk childfree. Karena emang ngurus anak ga semudah itu. Berat tanggung jawabnya. Dan yah, ga ada hadis yg mengharuskan punya anak kok.
Lagi, mereka yg memutuskan ga mau punya anak karena mikirin anak terlantar itu keren banget.