Aku Belum Pernah Pacaran dan Aku Bahagia
Aku belum pernah pacaran. Aku nggak tahu sebenernya penting apa enggak sampai sharing gini di blogku tapi setelah beberapa kali mendapatkan tekanan: KAMU HARUS BUKA HATI, KAMU DANDAN BIAR PADA NAKSIR, dan lainnya. Oke, aku mau sharing deh tentang aku yang belum pernah pacaran dan opiniku tentang pilihan hidupku ini.
Jadi, sejak dulu aku sudah punya cita-cita, pokoknya nanti kalau udah gede aku bakal lebih fokus sama karir dan nggak mau pacaran. Ndilalahnya, setiap aku suka sama seseorang orang itu nggak suka sama aku, hahaha. Dulu aku mengira mereka nggak suka sama aku karena I'm ugly and I'm bad, tapi setelah dipikir-pikir mereka juga nggak ganteng dan nggak sespesial itu. Jadi apa hak mereka hingga menolakku karena alasan fisik?
Dan jika memang aku niat pacaran, ada banyak cara untuk hal itu. Tapi aku tetap berpegang teguh pada cita-citaku untuk fokus dengan impian dan mengesampingkan percintaan. Kata mamak, "Saat kamu punya karir yang bagus, dengan sendirinya laki-laki akan datang padamu."
Meski aku mengiyakan kata mamak, tapi aku memilih tidak pacaran bukan karena mamak atau orang lain tapi mutlak keputusanku sendiri. Aku nggak peduli laki-laki seperti apa yang akan datang nanti karena aku tidak pacaran. Aku hanya merasa aku menjadi diri sendiri dengan tidak pacaran.
Hal-Hal yang Bisa Kulakukan dengan Tidak Pacaran
Kalau aku bilang tidak pacaran membuatku jauh dari galau dan rasa-rasa semacam itu, jelas tidak. Aku dulu berkali-kali galau karena cowok yang aku suka tapi karena aku tidak memiliki hubungan dengannya jadi aku punya batas sejauh apa aku harus galauin dia. Termasuk sejauh apa aku harus menyukai dia.
I feel saat menyukai seseorang yang tidak menyukaiku, aku menyukainya untuk diriku sendiri. Aku tidak perlu berupaya menjaganya karena dia tidak suka aku. Jika aku sudah lelah atau bosan, aku hanya perlu mengatur diriku sendiri agar tidak menyukainya lagi. Aku tidak perlu memedulikan dia, karena simple he don't love me dan memedulikan orang yang tidak suka sama kita adalah hal sia-sia.
Jujur, aku pernah beberapa kali disepelekan karena belum pernah pacaran sampai dibilang, "Kamu nggak tahu rasanya karena kamu nggak pernah pacaran." Kupikir ya wajar dia sampai merasakan sakit sedemikian rupa karena dia juga merasakan bahagia yang berlebih. Bukankah fallin love adalah paket komplit antara bahagia dan menderita?
Tapi semakin ke sini, aku bisa menjadi seperti sekarang dipengaruhi oleh keputusanku untuk tidak pacaran. Dibandingkan menghabiskan waktu untuk pacaran, aku lebih memilih mengisi waktuku untuk belajar dan menulis. Dibandingkan menghabiskan waktu untuk mengkhawatirkan pacar, aku lebih memilih untuk menonton drama Korea (hahaha), dan dibandingkan harus menangisi perpisahan dengan mantan pacar, aku lebih memilih untuk ngeblog atau ikutan lomba.
Tapi bukan berarti mereka yang pacaran nggak bisa berprestasi ya. Banyak kok mereka yang pacaran tapi tetap jadi hebat karena bisa bagi waktu yang baik antara pendidikan, impian, dengan asmara. Tapi untuk kasusku, aku bisa lebih leluasa mengembangkan diri karena aku tidak pernah pacaran.
Kupikir Tidak Pernah Pacaran Hebat, Ternyata...
Dulu aku selalu beranggapan orang yang belum pernah pacaran hingga lulus SMA itu hebat. Ya, di zaman sekarang lho, bisa gitu menahan diri untuk nggak ikut-ikutan pacaran? Keren banget!
Tapi setelah hal itu terjadi sama diriku, aku nggak merasa hebat. Justru aku heran sama diri sendiri, kok bisa ya aku nggak pacaran sampai usia 26 tahun lebih ~ kira-kira seasyik dan seabsurd apa sih duniaku sampai aku betah menjalaninya sendirian.
Beberapa bahkan banyak teman yang mengungkapkan kalau dia penasaran seperti apa suamiku kelak. Sedangkan aku sama sekali nggak penasaran. Jujur, aku nggak peduli seperti apa pasanganku kelak, aku hanya peduli bagaimana aku sekarang dan di masa depan. Bagaimana aku akan terus berkembang dan tidak hanya memenuhi tugasku sebagai manusia yang berpasangan tapi juga sebagai manusia yang bisa memberikan manfaat ke orang lain.
Kupikir sebagai manusia ada banyak tugas yang harus aku lakukan. Ketika aku menikah, aku nggak mau hanya menjadi 'istri atau pasangan dari' tapi aku tetap bisa jadi diri sendiri dan melakukan banyak hal atas namaku sendiri.
Aku tidak menganggap pernah atau tidak pernah pacaran adalah pencapaian. Tapi karena aku melakukannya karena itu keinginanku dari dulu dan melihat betapa aku memegang teguh apa yang aku ingin dan apa yang aku mau, harusnya aku nggak malu untuk show-up: this is me and I'm happy.
Pacaran atau Tidak, Mana yang Lebih Baik?
Seperti yang sudah aku katakan di atas, nggak ada yang lebih baik antara pernah pacaran atau belum pernah pacaran. Selagi kamu melakukannya dengan penuh tanggungjawab, nggak ada masalah. Tapi menurut pengakuan beberapa teman, mereka bilang jika bisa mengulang waktu mereka tidak ingin pacaran.
Aku pribadi tidak pernah menyesal dengan diriku yang belum pernah pacaran dan seandainya bisa mengulang waktu aku akan tetap memutuskan hal yang sama: tidak pacaran. Nggak tahu kenapa aku lebih percaya diri dan bisa lebih menghargai diriku sendiri yang belum pernah pacaran ini.
Itu yang jadi alasanku selalu menolak tiap ada yang mengajak kenalan dengan tujuan pacaran. Aku nggak mau melakukan sesuatu yang bukan diriku dan menyesalinya. I know I just life once dan aku sudah bertekad akan melakukan yang terbaik untuk hidupku. Terbaik menurutku pastinya dan sesuai keinginanku.
Jadi, lakukannya segala sesuatu sesuai keinginanmu. Kalau memang impianmu adalah punya pacar, nggak masalah jika memilih pacaran. Ya, apapun itu kamu wajib tahu itu hidupmu dan orang yang paling bertanggungjawab dengan hidupmu adalah dirimu sendiri.
Belum Pernah Pacaran, Ini yang Kurasakan
Sejujurnya aku pernah minder buat speak-up aku belum pernah pacaran dan mengutarakan opiniku. Ini dikarenakan aku beberapa kali disepelekan karena belum pernah pacaran. Banyak juga yang menyalahkanku dan memintaku intropeksi biar punya pacar. Anjing! Aku pernah benar-benar terpuruk karena ucapan mereka ini, tapi I'm swear, aku bahagia dengan diriku sekarang.
Menjadi seseorang yang tahu apa yang ia mau dan memperjuangkannya merupakan sesuatu yang nggak semua orang bisa. Aku nggak peduli jika nanti suamiku beruntung karena dia jadi orang pertama buatku. Aku menjaga diriku sendiri bukan untuk suamiku nanti tapi untuk diriku sendiri.
Aku, tubuhku, dan pemikiranku adalah mutlak tanggung jawabku. Aku nggak ada kewajiban menjaganya untuk suamiku kelak. Aku menjaganya karena aku menghargai diriku sendiri dan aku mencintai setiap hal yang ada pada diriku.
Get notifications from this blog