Kata Siapa Sarjana Pendidikan Cuma Bisa Kerja Jadi Guru?
Ketika saya baru lulus kuliah, saya termasuk sarjana yang tidak percaya diri dengan gelar yang saya miliki. Dengan gelar Sarjana Pendidikan, apa sih yang bisa saya lakukan? Bahkan saking nggak percayanya saya sampai menyebut S.Pd sebagai Sarjana Penuh Derita.
Banyak banget orang-orang di sekeliling saya yang bilang, "S.Pd ya pasti jadi guru. Emang mau jadi apa lagi?" Belum lagi minimnya lowongan kerja untuk kami sarjana pendidikan, bahkan ada beberapa lowongan dengan syarat selain lulusan pendidikan dan kesehatan.
Orang-orang lulusan pendidikan tapi nggak punya passion ngajar seperti saya jadi semakin terpojokan.
Alasan Tidak Jadi Guru
Bukannya saya nggak mau ngajar atau jadi guru, tapi daripada saya melakukannya nggak dengan senang hati, nanti malah jadi nggak profesional (belum dicoba sudah menyerah, huhu).
Hingga akhirnya, tahun lalu saya diterima kerja di perusahaan software akuntansi. Jangankan paham dengan software akuntansi dan segala hal di dalamnya, saya justru baru tahu ada namanya software akuntansi setelah diterima kerja di sana.
Kerja di Software Akuntansi, Apa Itu?
Buat yang belum tahu, software akuntansi merupakan perangkat lunak yang di dalamnya berisi fitur-fitur akuntansi yang akan memudahkan pengelolaan keuangan. Target pasar software akuntansi ini adalah para pemilik bisnis mulai dari umkm sampai perusahaan-perusahaan besar.
Ya, pokoknya dengan software akuntansi nggak perlu lagi buat tabel keuangan secara manual atau di excel, termasuk membuat laporan keuangan secara manual.
Tidak hanya buta software akuntansi pada awalnya, kualifikasi yang ditulis di lowongan kerja yang saya lamar adalah lulusan ekonomi atau akuntansi. Iya, saya bukan lulusan keduanya.
Saya adalah lulusan Pendidikan Sejarah yang belajar akuntansi saat SMA dan itu juga sudah lupa. Jadi, ketika mengajukan lamaran saya hanya bermodalkan percaya kepada Tuhan dan kemampuan saya mengerjakan jobdesk yang disebutkan yaitu menulis artikel bisnis.
Meski bukan lulusan ekonomi tapi saat kuliah saya cukup aktif di kegiatan bisnis, jadi kenapa tidak mencobanya?
Bagaimana Lulusan Pendidikan Kerja di Software Akuntansi?
Awal-awal kerja di sana saya banyak nggak ngerti (sampai sekarang sebenarnya). Banyak istilah akuntansi yang nggak saya ngerti, mulai dari invoice, purchasing, sampai inventory. Jaman belajar akuntansi di SMA mana ada istilah-istilah kayak gitu.
Apalagi saat diminta untuk mencoba fitur yang ada di software akuntansi dan membedakan software akuntansi satu dengan software akuntansi lainnya, "Lho bukannya sama aja? Ini apa bedanya?"
Alhasil sebelum nulis panjang lebar di blog, saya harus belajar sampai ngerti, mulai dari baca-baca artikel, baca buku, sampai tanya ke teman yang kuliah akuntansi. Ternyata oh ternyata, nggak semua mahasiswa atau sarjana akuntansi itu ngerti dengan software akuntansi.
Ya, apa kabar saya yang biasanya membahas manusia purba tiba-tiba bahas cara menagih utang ke konsumen? Mungkin ini juga yang dialami sarjana non pendidikan yang akhirnya jadi guru. Mereka kudu belajar bikin RPP dan silabus, padahal saya yang kuliah pendidikan saja sampai sekarang nggak ngerti dengan silabus dan RPP.
Alasan Lulusan Pendidikan Diterima Kerja di Software Akuntansi
Saya sempat heran dan akhirnya bertanya ke pemilik perusahaan tempat saya kerja, "Kenapa saya yang diterima kerja padahal bukan lulusan akuntansi atau ekonomi?" Kata beliau, beliau lebih membutuhkan kemampuan saya dalam menulis dibandingkan background pendidikan saya (kurang lebih gitu).
Ada beberapa sarjana ekonomi dan akuntansi yang melamar tapi kemampuan mereka (dalam menulis) tidak sesuai kebutuhan dan yang diharapkan perusahaan. Jadi, buat Anda lulusan pendidikan yang ingin melamar kerja dengan kualifikasi lain, lamar-lamar saja karena kita nggak akan tahu hasilnya jika tidak pernah mencobanya.
Get notifications from this blog